"Seorang Muslim, harus sama baiknya antara membaca dan menulis"
(Hasan Al-Bana)

Rabu, 23 Desember 2009

Sebentuk CINTA seorang MAMA...


Di suatu pagi...
Mataku terheran-heran pada sosok perempuan paruh baya memakai topi, berkaos merah, celana panjang krem dan berspatu sport, berdiri disudut kota berjejer dengan becak-becak. Kufikir ia hendak memesan becak untuk pergi kepasar. Dahiku mulai mengkerut saat melihatnya menaikan penumpang, ah... rupanya ia seorang penarik becakkah? Aku terkejut, apa iya zaman sekarang ada penarik becak perempuan? Alasan apa ia menarik becak? Banyak pertanyaan yang terbesit difikiranku.

Tak lama kulihat wanita paruh baya itu kembali ke tempat penarikan becak, terlihat ia sedang mengibas-ngibas wajahnya dengan topi yang dipakainya. Kuhampiri wanita itu karna terlihat tidak terlalu sibuk sepertinya.
Kucoba untuk menyapanya dan beberapa saat terjadi perbincangan antara kami.

“Bu, sudah lama narik becak?” sapaku sambil menyeruput teh manis panas yang dipesan di warung tempat istirahatnya para penarik becak.
“Sudah hampir 3 tahun Neng...” jawab wanita itu sambil mengunyah pisang goreng.
“Maaf bu kenalkan saya Sofie, nama ibu?” sapaku sambil mengulurkan tangan.
“Oh... ya, saya Marni Neng” jawab perempuan itu.
“Maaf bu, boleh saya tau kenapa ibu narik becak?”
“Yah... Neng buat nyambung hidup, biaya sekolah anak sekarang enggak murah, anak saya harus lulus sekolah Neng, saya tidak mau anak saya sama nasibnya kayak ibunya ini,”
“Memang anak ibu ada berapa?” tanyaku lagi.
“Anak saya 3 Neng, anak pertama saya sudah bekerja bantu-bantu di toko lumayanlah dia anak soleh mau bantu biaya adik-adiknya sekolah, anak kedua saya masih sekolah SMA kelas 3 sebentar lagi lulus sekolahnya, yang bontot masih SMP kelas 2 Neng,” dengan mengalir ia menceritakan.

“Oh... trus bapaknya Bu?”
“Bapaknya 3 tahun lalu minggat dari rumah, menurut kabar terakhir dari temennya dia kawin lagi sama janda kembang di RW sebelah, gak kuat kali neng hdup kita miskin terus heee...” sambil tertawa geli perempuan itu bercerita terlihat jelas tawanya menyembunyikan kesedihan yang selama ini terpendam. Tak lama kemudian iapun meneruskkan ceritanya.
“Dulu hidup kita enak Neng bapaknya kerja jadi mandor tapi keburu kepincut sama tu jande Neng...” dengan logat betawinya dia bertutur.
“Terus Ibu gak nyari kerjaan yang lain selain narik becak?” tanyaku dengan rasa penasaranku akan kehidupan perempuan ini terus bercokol.
“Udah neng... ya Ibu kalo dah cape narik becak, pulang ke rumah sambil ngerjain kerjaan laen... nyuci dan setrika baju tetangga Neng, kalo gak gitu dari mana saya bisa ngasih anak-anak saya makan Neng... upah narik becak belum cukup buat makan seminggu” sambil meluapkan isi hatinya perempuan itu bertutur.

“Maaf bu saya terlalu lancang tanya-tanya soal kehidupan Ibu...” sambil menundukan kepala aku meminta maaf.
“Ah gak apa-apa Neng...”
“Permisi neng saya harus narik lagi..” sambil berlalu ia pergi.
“Oh... silahkan bu.”
***
Ehm... ironis memang kehidupan ini kadang keinginan tak sesuai dengan realita. Seperti halnya Marni, perempuan seusianya banyak menghabiskan waktu dengan shooping, arisan , jalan-jalan ke mall dll, ah... beda sekali dengan wanita ini dia harus bekerja keras banting tulang, bekerja dari pagi buta sampai petang merayap. Tak kenal lelah ia terus mengayuh becaknya untuk memngantarkan penumpangnya sampai tempat tujuan yang diinginkan. Membawa penumpang sampai tempat tujuan adalah sebuah kegembiraan untuknya, karena darinya ia akan mendapatkan upah untuk bekal yang akan dibawa kerumah supaya anak-anaknya bisa bertahan dalam memperjuangkan cita-citanya.

Memperjuangkan anak agar tetap sekolah, mungkin itu sepertinya biasa saja, tapi tidak bagi Marni hal tersebut sesuatu hal besar yang harus ia perjuangkan, keringat bercucuran tanda nyata seorang perempuan yang berperan sebagai IBU untuk anaknya, bukti cinta seoang Ibu yang tak pernah padam dimakan zaman. Tak kenal lelah untuk terus berjuang demi buah hatinya. Ah... Ibu... Ibu... kasih ibu memang tiada terhingga...


“Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia...”


NB: Tulisan ini didedikasikan untuk seorang Mama yang selalu memberikan cinta sepenuh hati untuk buah hati tercinta.

SELAMAT HARI IBU 22 Desember 2009

TENTANG PERFECT

“Okta, nyanyiin kakak satu lagu donk,” pinta Asti sambil berjalan menuju rumahnya melewati rumah Okta persis didepan rumahnya.
“Ih kakak… ngagetin aja, apa? Nyanyi? Ye… kakak kayak anak kecil neh… mau dinyanyiin lagu apa kakakku sayang he he he….,” jawab Okta dengan menantang sambil memuji.
“Emm… apa aja dech, yang enak-enak lagunya, yang penting Okta yang nyanyi he he he he,” Tawa Asti sambil merayu.
Oke dech… nanti aku nyanyiin plus catetin syairnya,” jawab Okta memenuhi permintaan Asti.
“Oke dech…ditunggu lho...,” Jawab Asti menanggapi.
“Siiiiip…,” Okta menyetujui sambil menunjukan jempolnya.

Okta: Gadis remaja kelas tiga SMP berperawakan mungil, parasnya yang cantik, imut dan selalu ceria. Tinggal tepat di depan rumah Asti. Di Sore beberapa hari yang lalu Okta mengingatkan Asti akan janjinya memberikan sekaligus menyanyikan syair lagu yang Asti pinta. Asti memintanya karena setiap hari Asti memndengarkan suara merdunya Okta menyanyikan lagu favorit Asti. Selain itu juga karena Okta memang anggota ekstrakulikuler vocal disekolahnya.
***

Sepulangnya Asti dari tempat kerja, Okta menyapanya sebelum Asti nmasuk rumah.
“Kak… tuh catetan lagunya dah aku tulis, aku titip lewat Mbo Sumi di rumah, pokoe lagunya aku pilih yang bagus buat kakak dech...,” jelas Okta dengan gaya cerewetnya.
Lagu siapa ta?” tanya Asti.
“Lagunya “Simple Plan” judulnya PERFECT, bagus lho ka…,” Okta menjelaskan dengan semangat.
“Oke dech, makasih ya ta…,”
“Yoyoi..”

Saat Asti memasuki kamar jelas pandangan matanya tertuju pada secarik kertas terlipat rapi layaknya kiriman surat cinta he he... kertas itu dari Okta”. Asti melihat syairnya dan menyanyikannya walaupun dengan nada fals dan lupa-lupa ingat. Ada beberapa bait yang membuatnya terhanyut dalam lamunan lalu terdiam:

And now i try hard to make it
I just want to make you proud
I’m never gonna be good enaught for you
Can prented that i’m alright
And you can change me

Coz we lose it all
Nothing last forever
I’m sorry i can’t be perfect
Now it just to late and we can’t go back
I’m sorry i can’t be perfect


Pada bait ini menjelaskan bahwa yang terbaik seorang anak yang mencoba berbuat agar ayahnya bangga. Dan pada bait kedua menerangkan bahwa anak ini meminta maaf karena tidak bisa sempurna seperti apa yang diinginkan ayahnya.
***

Emm... berbicara tentang perfect alias sempurna. Apa? Siapa? Yang seharusnya sempurna? Sebagai makhlukNya kita memang tidak pernah diciptakan sempurna. Yang sempurna hanyalah Dia yang Maha sempurna. Dialah Allah, diantara makhlukNya, manusialah yang paling sempurna dan mulia diciptakan. Sempurnanya manusia masih terlalu jauh maknanya dengan sempurnanya yang Maha sempurna, bahkan tidak dapat dibandingkan kesempurnaanNya. Seperti dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 110 :

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia...”

Setiap manusia bisa dikatakan “Sempurna” jika mengetahui ketidak sempurnaannya dan saling melengkapi antara ketidak sempurnaannya. Manusia sempuna karena memiliki akal untuk berfikir, dengan berfikir akan timbul rasa saling membutuhkan satu sama lainnya. Merasa butuh dan saling melengkapi adalah kesempurnaannya manusia. Allah sempurna karena Allah yang memiliki dunia beserta isinya termasuk manusia. “Jika Allah menghendaki sesuatu terjadi maka terjadilah ‘Kun Fayakun’”. Segala sesuatu bergantung padaNya termasuk manusia yang selalu bergantung padaNya, tak henti setiap tarikan nafas dan detak jantung manusia semua adalah kehendakNya.

Maka, kepada yang Maha Sempurnalah kita memohon kesempurnaan manusia itu sendiri. Semoga kita menjadi hamba yang sempurna dalam menghambaNya. Amien.
***

Ups... sesaat Asti terdiam dan menyunggingkan guratan senyum simpulnya setelah melihat bait syair lagu yang dikirim Okta...