"Seorang Muslim, harus sama baiknya antara membaca dan menulis"
(Hasan Al-Bana)

Sabtu, 20 Februari 2010

Selir Hati: Catatan Hati Wanita Singgahan (I)


Malam minggu bagi sebagian anak-anak muda adalah malam terindah. Biasanya mereka menghabiskan malam panjang itu dengan pasangan masing-masing dan dengan cara meraka masing-masing. Tapi tidak bagi Win. Perempuan berparas cantik, energik dan supel itu masih saja mengurung diri dikamar sejak tadi sore. Ia menjatuhkan badannya di tempat tidur sambil menggenggam erat hand phonenya. Terdengar jelas alunan musik “selir hati” Ahmad Dhani dari hand phonenya yang diputar berulang-ulang.
……………………
Aku rela o aku rela
Bila aku hanya menjadi
Selir hatimu untuk selamanya
Ooo aku rela kurela…


Win masih saja menggenggam telfon selularnya, malam-malam sebelumnya ia biarkan telfon selularnya tergeletak dimana saja dan tidak terlalu mementingkannya. Menunggu pesan singkat dari lelaki yang akhir-akhir ini mengisi hari-harinya, merenda asmara dengannya, mungkin itu yang terjadi. Malam-malam sebelumnya biasa ia menghabiskan waktu dengan laptop kesayangannya, merampungkan cerita khayalannya dan menulis sesuatu yang membuatnya senang, sekedar menulis karna itu hobinya. Tapi lain dengan malam ini, otaknya masih saja sibuk memikirkan lelaki itu.

«ach… ntah apa yang aku fikirkan ini, Gila! Gila!... untuk apa aku memikirkan lelaki yang tak pernah ada di saat aku membutuhkannya? Oh God… Aku ini kenapa?... mulai merindukannyakah aku? O… tidak! Tidak! Perasaan ini tak boleh ada untuk lelaki itu! Ini hanya guyon, have fun!” teriak batin Win.

Lelaki itu bernama Bram. Lelaki yang mengisisi hari-harinya sejak 3bulan lalu, komitmen yang terjalin dan disepakati hanya sekedar “have fun” saja, ya… sekedar “have fun” saja. Layaknya pasangan pada umumnya, wajar bila mengungkapkan rasa suka, dan tak akan ada yang pernah bisa melarang untuk perasaan rasa suka dan kekaguman seseorang. Tapi ini lain baginya, suami temannya sendiri yang mengungkapkan rasa suka dan kekaguman itu padanya.

“O God… kali ini lelaki beristri yang menyatakan rasa suka padaku. Suami temanku sendiri. Cobaankah ini untukku?”
gumamnya dalam hati.

Perasaannya menolak saat itu, tapi Bram tetap memintanya untuk berkomitmen tanpa diketahui istrinya sendiri. Entah apa yang merasuki fikiran Bram untuk tetap berkomitmen dengannya. Berkomitmen dengan sembunyi-sembunyi. Waktupun berkisah, ia turuti kemauan Bram walau tak sepenuh hati. Dan ia berfikir mungkin ini hanya guyonnya Bram saja.

Waktu terus bergulir, hubungan asmarapun terjalin. Win dan Bram menyadari betul bahwa hubungan ini T-E-R-L-A-R-A-N-G. Pernah ia tawarkan pada Bram “Tinggalkan saja Aku Bram!” tapi Bram tetap memintanya untuk melanjutkan hubungan ini. Setiap pagi, siang dan sore tak pernah terlewatkan mengirimkan perhatian-perhatian sekedarnya lewat pesan singkat (SMS) saat jam kerjanya. Mulai dari sapaan hangat di pagi hari hingga menanyakan “akan pergi kemana? Dengan siapa?” selalu ia tanyakan. Melalui pesan singkat inilah hubungan terus terjalin. Dan komitmen awal yang hanya “have fun” saja kini berubah menjadi hubungan serius.

“Ya Tuhan... Aku TERJEBAAAAAAAK! Ya terjebak cinta Bram” teriak batin Win dengan menyesal.


Kini tak terbantahkan Win mulai menunggu kehadiran Bram lewat pesan singkat atau telfon darinya. Tak ada kata cemburu dalam komitmen ini bagi Win, karna ia hanya sebagai selir hati Bram. Ya… hanya selir hati yang siap menunggu kedatangan Bram kapan saja ia mau. Datang dan perginya Bram adalah resiko bagi Win. Win mulai cemburu dengan istri Bram yang menghalanginya saat ia membutuhkan Bram. Rasa sakit dan pedih itu yang selalu dirasakan Win saat Bram tak ada untuknya.

“Sakit… menahan rindu yang tak terbantahkan. Sakit… hati ini tak terobati” Sesalnya sambil menangis.

Seperti malam ini ia masih menunggu pesan singkat dari Bram sebagai pengantar tidur.



…To be continue…