"Seorang Muslim, harus sama baiknya antara membaca dan menulis"
(Hasan Al-Bana)

Sabtu, 08 Agustus 2009

Pujangga itu tiada...

SLAMAT JALAN
“SI BURUNG MERAK”


Jum’at Siang, 7/8/2009
By: Vhie


Kini kau tiada
Kini kau tak lagi berdiri tegak
Kini kau hilang dalam pandangan
Kini kau tak bersama
Kini kau dalam pusara
Pekik garangmu tak terdengar lagi
Kehadiranmu tak akan ada lagi
Namun semangatmu akan tetap selalu terpatri
Innalillahi wa innailaihi rojiun
Tenanglah kau di sana Rendra
Slamat jalan si Burung Merak…





Dia RENDRA…

Jum’at Pagi 7/8/2009
By: Ifiet


Dia memang pergi,
Dia memang tlah tiada,
Dia pulang ke pangkuan-Nya
Namun karyanya tak kan pernah mati
Se- la- ma- nya
Selamat jalan WS Rendra
Semangat jiwamu akan tetap hidup untuk kami…

Minggu, 02 Agustus 2009

Puisi lagi...

USAI...
Minggu, 9 Nov 2008

Sudah ku duga semua hampir usai bahkan berakhir
Ceritanya biasa saja
Berawal dari kesenangan hati
Bagai orang yang mencari barang hilang,
Sulit memang untuk menemukannya
Namun keyakinan hati terus mendorong kepastian untuk menemukannya
Dengan penuh harap asa pun kian mendekat
Namun keraguan tetap bersarang dalam dada
Apakah benar ia yang ku cari selama ini?
Alam menghakimiku dengan tawaan sinis, tapi egoku mengalahkan semuanya dan
Aku terus berjalan untuk mewujudkan semuanya
Tak ku sangka asa pun ku raih, hatiku tetap merasa biasa saja padahal menutupi rasa senangku yang tak ingin berujung kekecewaan.
Hari-hariku pun kini berbeda karna aku tlah temukan apa yang aku cari...
Ku rajut hari-hari dengan penuh cinta, ku rawat dengan kasih sayang
Rasa senang pun ikut hadir dalam helaan nafasku...
***
Rajutan itu hampir sempurna, tak terfikir oleh manusia bahwa semua tak ada yang abadi begitu pula dengan rajutan yang telah ku rawat dan ku simpan dengan baik-baik semua hancur karna ego yang menggunung...
Kini rajutan itu hanya sebuah sampah dan hanya ingatan sekedar
Kurelakan semua menjadi abu dan debu...
Semua usai...



By: Novianti Suradji

Abdullah Gymnastiar dalam renungannya “CERMIN DIRI”

Tatkala kudatangi sebuah cermin
Tampak sesosok wajah yang telah kukenal dan sangat sering kulihat
Namun aneh sesungguhnya aku belum mengenal siapa yang kulihat
Tatkala ku tatap wajah, hatiku bertanya…
Apakah wajah ini yang kelak akan bercahaya, bersinar di surga sana?
Ataukah wajah ini yang akan hangus legam di neraka jahanam?

Tatkala ku tatap mata, nanar hatiku bertanya
Mata inikah yang akan menatap penuh kelezatan dan kerinduan menatap Allah, menatap Rasulullah, menatap kekasih-kekasih Allah kelak? Ataukah mata ini yang akan terbeliak, melotot, terburai menatap neraka jahanam? Akankah mata penuh maksiat ini menyelamatkan? Wahai mata… apa gerangan yang kau tatap selama ini?...

Tatkala ku tatap mulut, apakah mulut ini yang kelak akan mendesah penuh kerinduan mengucap
لااله إلاّ الله
Saat sakarotul maut menjemput, ataukah menjadi mulut menganga dengan lidah menjulur dengan lengking jeritan pilu yang akan mencopot sendi-sendi setiap pendengar? ataukah mulut ini menjadi pemakan buah zakun jahanam yang getir penghangus, penghancur setiap usus?
Apakah gerangan yang engkau ucapkan wahai mulut yang malang? Berapa banyak dusta yang kau ucapkan, berapa banyak hati-hati yang remuk dengan pisau kata-katamu yang mengiris tajam? Berapa banyak? Berapa banyak kata-kata manis semanis madu yang palsu yang kau ucapkan untuk menipu? Betapa jarang engkau jujur, betapa langkanya engkau syahdu memohon agar Tuhan mengampunimu...

Tatkala ku tatap tubuhku...
Apakah tubuh ini kelak yang akan penuh cahaya bersinar, bersuka cita, bercengkrama di surga? Atau tubuh yang akan tercabik-cabik hancur mendidih di dalam lahar? membara terpasung tanpa ampun? derita yang tak pernah berakhir? Wahai tubuh...
Berapa maksiat yang engkau lakukan?
Berapa banyak orang-orang yang kau dzalimi dengan tubuhmu?
Berapa banyak hamba-hamba Allah yang lemah yang kau tindas dengan kekuatanmu?
Berapa banyak beribu pertolongan yang kau acuhkan tanpa peduli padahal kau mampu?
Berapa banyak hak-hak yang kau rampas wahai tubuh? Seperti apa gerangan isi hatimu? Apakah isi hatimu sebagus kata-katamu? Atau sekotor daki-daki yang melekat di tubuhmu? Apakah hatimu segagah ototmu? Atau selemah daun-daun yang mudah rontok? Apakah hatimu seindah penampilanmu? Atau sebusuk kotoran-kotoranmu?
Betapa beda apa yang tampak di cermin dengan apa yang tersembunyi
Aku telah tertipu...
Aku tertipu oleh topeng...
Betapa yang kulihat selama ini hanyalah topeng-topeng belaka
Betapa yang ujian terhambur hanyalah menguji topeng
Betapa yang indah hanyalah topeng
Sedangkan aku hanya seonggok sampah busuk yang terbungkus
Aku tertipu aku malu.... ya Allah
Aku malu...
Tuhanku selamatkan aku...
Ya Rabbii selamatkan aku... Amien ya Rabbal’alamin...




Nb: Dinukil dari intro nasyid “Star 5”

SAYEKTI & HANAFI

Seorang ibu tidak akan pernah rela jika buah hatinya terpisah dari belaiannya, walaupun dalam keadaan susah seorang ibu akan selalu berusaha sekuat tenaga menjaga buah hatinya dengan baik. Seperti perjalanan hidup Sayekti & Hanafi, mereka adalah sepasang suami istri hidup di kota metropolitan -kota Jakarta- yang hidupnya serba pas-pasan, tak berharta, rumah pun tak mewah hidup seadanya. Akan tetapi mereka hidup bahagia dikelilingi temen-temannya dan tetangga yang baik yang sama-sama hidup sederhana dan seadanya tak jauh berbeda keadaannya seperti keadaan Sayekti & Hanafi.
Hanafi seorang tukang becak penghasilan setiap harinya tak seberapa, hanya cukup untuk sekedar makan satu atau dua hari saja, maklum saja zaman sekarang sudah jarang orang menggunakan kendaraan becak, hampir semua penduduk Jakarta berkendaraan motor dan mobil, maka bisa dibayangkan becak sudah jarang yang menggunakannya bahkan tidak ada.
Sayekti seorang wanita berparas ayu dan berkulit hitam manis akan tetapi terlihat kumal karna ia tak pernah berhias, berpakaian sederhana dan walaupun begitu ia adalah seorang wanita pekerja keras, ia bekerja di pagi hari menjadi kurir (tukang angkut-angkut barang dagangan pasar) dari truk-truk besar sampai petang yang penghasilannya juga tak seberapa sama halnya dengan Hanafi.
Dalam keadaan sesulit apapun Sayekti & Hanafi selalu hidup bahagia dan menerima keadaan dengan lapang dada, apalagi mereka kini telah dikaruniai momongan, bayi laki-laki yang dinanti-nantikannya, sang jagoan yang diharapkannya. Sebelum kelahiran anaknya ternyata Tuhan menguji kesabaran hidup mereka. Ketika itu Sayekti sedang mengandung hampir sembilan bulan dan ia hendak pergi ke warung membeli makanan untuk suaminya, dalam perjalanan Sayekti terpeleset dan akhirnya terjatuh. Akibatnya Sayekti mengalami pendarahan. Kemudian warga yang melihat kejadian tersebut langsung membawanya ke rumah bersalin “Asuhan Bunda” di bilangan Jakarta. Alhamdulillah Sayekti melahirkan secara normal. Namun satu sampai lima hari Sayekti masih berada di rumah bersalin, sebenarnya keinginan Sayekti & Hanafi cepat pulang ke rumah dengan membawa bayinya, tapi apa boleh buat biaya persalinannya terhitung dengan jumlah yang banyak Rp. 3.000.000,- (Tiga Juta Rupiah) belum bisa terlunasi, itulah sebab Sayekti dan bayinya tertahan disana.
Hingga suatu hari Sayekti diperbolehkan pulang dengan adanya surat keterangan tidak mampu dari RT setempat, tapi sayangnya bayi Sayekyti tidak boleh dibawa pulang sebagai jaminan biaya persalinan yang belum dilunasinya. Setelah mendapat keringanan dengan surat keterangan tidak mampu tersebut Sayekti berharap dia terbebas dari biaya persalinannya selama 5 hari, tapi keadaan berkata lain Sayekti tetap harus membayar biaya tersebut dengan jumlah Rp. 1.600.000,- (Satu Juta Enam Ratus Ribu Rupiah) walaupun biaya sudah diringankan tetap saja Sayekti & Hanafi tidak bisa membayar biaya persalinan tersebut secara cash. Jangankan uang sebesar itu, untuk makan setiap hari saja mereka harus bekerja keras.
Akhirnya Sayekti diperbolehkan pulang akan tetapi tanpa membawa bayinya, ia pulang dan bertekad dalam hatinya akan bekerja keras demi buah hatinya dirumah bersalin. Hari-harinya kini penuh semangat bekerja keras untuk mendapatkan uang demi buah hatinya.
Suatu hari tersebar berita bahwa anak Sayekti akan diadopsi oleh seorang artis terkenal, Sayekti&Hanafi pun terkejut, mereka bergegas ke rumah bersalin untuk menebus bayinya akan tetapi Tuhan belum berkehendak, ketika akan memasuki rumah bersalin seorang satpam melarangnya masuk dikarenakan jam masuk sudah habis, dengan rasa kecewa Sayekti&Hanafi tidak dapat melihat bayi mereka. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali mereka bergegas ke rumah bersalin, ternyata terlambat, dugaan Sayekti benar disana sudah berdiri seorang wanita cantik dan terkenal, memang dia adalah seorang artis yang akan mengadopsi bayi Sayekti, ia dikerumuni wartawan yang sedang mencari informasi tentang pengadopsian bayi tersebut. Sayekti berlari kencang menuju ruangan kepala rumah bersalin tersebut, ia bersimpuh dihadapannya sambil menitikkan air mata, Sayekti menceritakan tentang kehidupannya dengan harapan agar anaknya tidak diadopsi orang lain dan bisa dibawa pulang bersamanya dan akhirnya kepala rumah bersalin itu tersentuh hatinya oleh tangisan Sayekti lalu ia membatalkan pengadopsian bayi tersebut dan memperbolehkan Sayekti untuk membawa bayinya. Kini Sayekti&Hanafi berbahagia karena pulang ke rumah dengan membawa buah hatinya, senyum dari bibir Hanafi berbinar sambil mengayuh becak yang ditumpangi Sayekti dan bayinya.
Itulah sekelumit perjalanan hidup Sayekti&Hanafi untuk memperjuangkan buah hatinya. Pengorbanan dan perjuangan mereka tidak sia-sia begitu saja.


NB: Tulisan ini ringkasan dari Film “Sayekti Dan Hanafi” tayang pada bulan Juli 2005.
By:
Novianti, S.S

Majmu'atu Syi'iriy..

Untuk Mama

22 Desember 2009
Ma… waktu kecil dulu aku sering merengek meminta uang jajan
Ma… dulu aku sering minta disuapin makan
Ma… dulu aku sering menangis kalau ada orang yang jahil
Ma… dulu kau sering meninabobokan dalam lelapku
Kini aku telah dewasa ma…
Membuatmu tersenyum dan bangga padaku itulah harapanku…
Membuatmu lega dengan tidak selalu merepotkan itulah inginku…
Ma… meskipun kau tak menuntut balas apa yang kau berikan padaku, tetap saja membuatmu bahagia itu kewajibanku…
Ma… cintamu tak akan pernah pupus
Ma… kasihmu sepanjang hayat
Do’amu selalu mengiringi perjalanan hidupku ma…
Tak kan kubiarkan air mata mengalir dari matamu karna kegagalanku
Menjadi putri kebangganmu itulah janjiku…
Trimakasih Ma…

I Love You Mom…


 Dedikasi untuk mamah di “Rorompok” Bandung
Selamat hari Ibu…




Untuk Ibunda…
26 februari 2009

Akhirnya tiba pada suatu masa
Dimana suatu malam…
Angin berhembus begitu kencangnya
Pepohonan melambaikan dedaunan dengan hebatnya
Burung-burung bersiul dengan nada melengking
Lampu-lampu begitu enggan memancarkan cahayanya dengan terang
Hati para jiwa-jiwa yang shalih begitu gelisah
Isyarat alam ini adalah bukti kekuasaan-Nya
Sebagai kabar bahwa:
Pemimpin kita yang arif
Pejuang kita yang lantang menyuarakan ajaran Allah
Ibunda kita yang lembut mencurahkan kasih sayangnya
Pembela kita disaat hati kita terpuruk telah tiada…
Ya, benar Ia tiada…
Ibunda…
Betapa engkau sangat kami rindukan
Sosok ibu yang ramah dan lembut
Sosok istri yang setia
Sosok tauladan yang hebat
Sosok pejuang yang semangat dan tak kenal henti untuk berjuang
Ibunda… terimakasih atas pengorbananmu dalam mendidik dan mengayomi kami
Meski ragamu tak ada namun semangat jiwamu tetap membara
Tenanglah engkau di surga-Nya Ibunda…
Akan kami teruskan perjuanganmu sebagai tanda kasih sayang dan bukti bhakti kami kepada ibunda…


By:
vhie

Nb: Dedikasi untuk Almh. Usth. Hj. Ida Farida Abdullah Syafi’i




Berjalan…
Berawal dari sebuah keinginan, lalu menjadi asa yang kian menjadi
Tanpa terfikir apakah akan berujung bahagia atau bahkan terluka
Ku kayuh perjalanan ini tanpa peduli rintangan apa yang akan menghadang
Tapi kian hari asa itu berubah jadi semu
Keinginan berubah jadi sebuah penyesalan, sesaat memang!,
tapi terus berulang
Kucoba untuk menepis semua perasaan yang membuatku ragu dan aku terus berjalan…
Berjiwa besar! apakah itu solusi terbaik? menerima realita yang ada, pahit atau bahkan manis?
Mungkin itu bisa, tapi tak semudah itu hati ini menerima kenyataan yang ada
Karna aku bukan siapa-siapa
Aku hanya manusia biasa
Menangis ketika bersedih
Tertawa ketika bahagia
Kini… kubiarkan hatiku merasakan semua…
Tanpa menepis perasaan apapun
Lelah kian terasa…
Ya benar! Memang lelah…
Mencoba tuk lupakan semua, tapi tak bisa
Dan kini ku terus berjalan, berjalan mengikuti alur cerita yang pernah kubuat…

By:
vhie



AKU DAN MATAHARIKU
Kamis Petang, 19 februari 2009

Sinarnya terang…
Menyilaukan setiap mata yang memandang
Begitupun dirinya, ia datang membawa sinar harapan
Kuharap kedatangannya membawa sinar terang
Menerangi hatiku yang redup
Kini sinarnya dihatiku,
Sinarnya menguatkan aku…
Sinarnya meyakinkan aku…
Kuharap ia sinarku, matahariku…
Tapi…
Kini sinar itu mulai redup lagi
Harapku untuknya tetap bersinar terang
Namun tak bisa kupaksa, karna…
Sinarnya milik-Nya, hatikupun milik-Nya…
Kini kubiarkan ia menerangi semua
Seperti burung dalam genggaman, kubiarkan ia terbang
Menghirup udara alam bebas untuk kebahagiaannya
Biarlah aku dan matahariku berlalu…

By:
vhie



EPILOG DIRI ...
(30 April 2009)
By: vhie_suradji

Bukan aku yang kau inginkan
Bukan aku yang kau mimpikan
Bukan aku yang kau pujakan
Bukan aku yang kau harapkan
Bukan aku yang kau rindukan
Bukan aku yang kau aku-kan, dan
Bukan aku yang kau tahtakan dalam hatimu
Kesalahanku mengharapkanmu
Kesalahanku merindukanmu
Kesalahanku memanjakanmu
Kesalahanku mengakuimu
Kesalahanku mencintaimu sayang...
Kini bukan KAMU yang AKU tahtakan dalam hati
Tapi AKU...
Karna aku akan selalu dan tetap menjadi DIRIKU sendiri...


Nb: Tentang akhir sebuah penyesalan diri.