"Seorang Muslim, harus sama baiknya antara membaca dan menulis"
(Hasan Al-Bana)

Minggu, 02 Agustus 2009

Abdullah Gymnastiar dalam renungannya “CERMIN DIRI”

Tatkala kudatangi sebuah cermin
Tampak sesosok wajah yang telah kukenal dan sangat sering kulihat
Namun aneh sesungguhnya aku belum mengenal siapa yang kulihat
Tatkala ku tatap wajah, hatiku bertanya…
Apakah wajah ini yang kelak akan bercahaya, bersinar di surga sana?
Ataukah wajah ini yang akan hangus legam di neraka jahanam?

Tatkala ku tatap mata, nanar hatiku bertanya
Mata inikah yang akan menatap penuh kelezatan dan kerinduan menatap Allah, menatap Rasulullah, menatap kekasih-kekasih Allah kelak? Ataukah mata ini yang akan terbeliak, melotot, terburai menatap neraka jahanam? Akankah mata penuh maksiat ini menyelamatkan? Wahai mata… apa gerangan yang kau tatap selama ini?...

Tatkala ku tatap mulut, apakah mulut ini yang kelak akan mendesah penuh kerinduan mengucap
لااله إلاّ الله
Saat sakarotul maut menjemput, ataukah menjadi mulut menganga dengan lidah menjulur dengan lengking jeritan pilu yang akan mencopot sendi-sendi setiap pendengar? ataukah mulut ini menjadi pemakan buah zakun jahanam yang getir penghangus, penghancur setiap usus?
Apakah gerangan yang engkau ucapkan wahai mulut yang malang? Berapa banyak dusta yang kau ucapkan, berapa banyak hati-hati yang remuk dengan pisau kata-katamu yang mengiris tajam? Berapa banyak? Berapa banyak kata-kata manis semanis madu yang palsu yang kau ucapkan untuk menipu? Betapa jarang engkau jujur, betapa langkanya engkau syahdu memohon agar Tuhan mengampunimu...

Tatkala ku tatap tubuhku...
Apakah tubuh ini kelak yang akan penuh cahaya bersinar, bersuka cita, bercengkrama di surga? Atau tubuh yang akan tercabik-cabik hancur mendidih di dalam lahar? membara terpasung tanpa ampun? derita yang tak pernah berakhir? Wahai tubuh...
Berapa maksiat yang engkau lakukan?
Berapa banyak orang-orang yang kau dzalimi dengan tubuhmu?
Berapa banyak hamba-hamba Allah yang lemah yang kau tindas dengan kekuatanmu?
Berapa banyak beribu pertolongan yang kau acuhkan tanpa peduli padahal kau mampu?
Berapa banyak hak-hak yang kau rampas wahai tubuh? Seperti apa gerangan isi hatimu? Apakah isi hatimu sebagus kata-katamu? Atau sekotor daki-daki yang melekat di tubuhmu? Apakah hatimu segagah ototmu? Atau selemah daun-daun yang mudah rontok? Apakah hatimu seindah penampilanmu? Atau sebusuk kotoran-kotoranmu?
Betapa beda apa yang tampak di cermin dengan apa yang tersembunyi
Aku telah tertipu...
Aku tertipu oleh topeng...
Betapa yang kulihat selama ini hanyalah topeng-topeng belaka
Betapa yang ujian terhambur hanyalah menguji topeng
Betapa yang indah hanyalah topeng
Sedangkan aku hanya seonggok sampah busuk yang terbungkus
Aku tertipu aku malu.... ya Allah
Aku malu...
Tuhanku selamatkan aku...
Ya Rabbii selamatkan aku... Amien ya Rabbal’alamin...




Nb: Dinukil dari intro nasyid “Star 5”

1 komentar:

  1. Cukup Allah sebagai penolongku.. Semoga Engkau berkenan selalu membimbing hati dan langkah hamba-Mu yg lemah ini menuju jalan yang Kauridhai... Amiiin.

    BalasHapus